Jumat, 14 Desember 2012

Contoh Progam Pascal (Data Pembeli)

contoh program :
uses crt;
var
np:string[20];
jd,i:byte;
nb:array[1..50]of string;
jb,ttl,hrg:array[1..50]of real;
tot:real;
lagi:char;
label awal,akhir;
begin
awal:
clrscr;
writeln(‘TOKO “SERBA ADA”‘);
writeln(‘————————-’);
write(‘masukan nama pembeli :’);readln(np);
write(‘masukan jumlah data :’);readln(jd);
for i:=1 to jd do
begin
writeln(‘data ke- ‘,i);
write(‘nama barang :’);readln(nb[i]);
write(‘jumlah beli :’);readln(jb[i]);
write(‘harga :’);readln(hrg[i]);
end;
clrscr;
writeln(‘ TOKO “SERBA ADA”‘);
writeln(‘ TABEL PENJUALAN BARANG’);
writeln(‘———————————————————–’);
writeln(‘No. Nama pembeli Nama barang Jumlah harga total ‘);
writeln(‘———————————————————–’);
tot:=0;
for i:=1 to jd do
begin
ttl[i]:=hrg[i]*jb[i];
tot:=tot+ttl[i];
end;
for i:=1 to jd do
begin
writeln(i:1,np:10,nb[i]:13,jb[i]:12:0,hrg[i]:8:0,ttl[i]:10:0);
end;
writeln(‘————————————————————-’);
writeln(‘total bayar = ‘,tot:3:0);
writeln(‘————————————————————-’);
write(‘Mau input data lagi[Y/T]=’);readln(lagi);
if (lagi=’Y') or (lagi=’y') then
goto awal
else
goto akhir;
akhir:
readln;
end.

Tampilan Input:
input
Tampilan Output:
output
Dikutip dari : http://midomination.wordpress.com/2009/11/18/contoh-contoh-program-pascal/

Selasa, 11 Desember 2012

Matematika dan Cinta

Matematika itu seperti Cinta,
Kadang menakutkan kadang menyenangkan,
Kadang membuat gemetar kadang biasa aja,
Kadang indah kadang menyedihkan,
Kadang memusingkan kadang memuaskan,
kadang membuat ngantuk kadang membuat tak bs tidur,
kadang membawa tawa kadang membawa airmata,
kadang membawa bahagia kadang meninggalkan luka,
kadang istimewa kadang biasa aja,
kadang membara kadang berbunga-bunga,
kadang memotivasi kadang membuat frustasi,
kadang nyata&jelas kadang juga fana&maya,
kadang terencana kadang tak terduga,
kadang mudah kadang gundah,
kadang gamblang dijelaskan kadang tak bs dimengerti,
Itulah MATEMATIKA yang memiliki sejuta arti...

Minggu, 09 Desember 2012

Strategi Pembelajaran Organisasi

Strategi Organisasi
Strategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru,terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur peng-organisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci darisekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi :
1.      Pembuatan Kerangka (Outlining)
2.      Pemetaan ( mapping)

1. Pembuatan Kerangka (Outlining)
Outlining adalah membuat kerangka garis besar, dimana siswa belajar menghubungkanberbagai macam ide dengan ide utama. Dalam pembuatan kerangka garis besar jenis hubunganyang digunakan adalah satu topik kedudukannya lebih rendah dari topik yang lain. Kerangkagaris besar memberikan suatu tinjauan awal tentang ide-ide kunci yang akan dibahas dan jugahubungan-hubungan antar topik.Dalam outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkanberbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Dalam pembuatan kerangka garisbesar tradisional satu-satunya jenis hubungan adalah satu topik kedudukannya lebih rendahterhadap topik lain. Sama dengan strategi lain, siswa jarang sebagai pembuat kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat belajar menjadi penulis kerangka yang baik apabiladiberikan pengajaran tepat dan latihan yang cukup. Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai macamtopik atau ide dengan beberapa ide utama.

2. Pemetaan ( mapping)
Mapping biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain.
Strategy Map adalah sebuah diagram yangmenunjukan visi, misi, strategi organisasi diimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari.
Strategy map memiliki karakteristik sebagai berikut:
·         Semua informasi strategy map berada dalam satu diagram, untuk mempermudah melihathubungan antar perspektif.
·         Strategi-strategi yang dibuat mengacu pada strategy objectif organisasi.
·         Setiap perspektif memiliki strategy - strategy yang saling berhubungan baik dalam satu perspektif maupun dengan strategy yang ada di perspektif yang lain.

Mapping, kadang-kadang dikenal sebagai pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebihefektif dari outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih kompleks. Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau diagram tentang bagaimana ide-ide pentingsuatu topik dihubungkan satu sama lain. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-idetersebut dalam suatu pola logis. Peta konsep bisa merupakan diagram yang  bisa juga disebut hubungan sebab akibat.Hakikat visual peta konsep membantu siswa memahami hubungan antaraberbagai macam ide dan mempelajari hal-hal baru lebih efektif daripada dengan menggunakan strategi outlining. Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hallebih efektif daripada outlining.

Mendidik Anak dengan SEGA


 Mendidik Anak dengan SEGA (Sentuhan Keluarga).
            Landasan teori dan hipotesis tindakan
1.      Kajian Teori
a.         Trauma Matematika.
                                       i.     Hakekat trauma.
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2031323-pengertian-trauma/#ixzz1zYHdgqAQ
                                     ii.     Hakekat matematika
Matematika itu sendiri mengandung banyak pengertian seperti yang diungkapkan oleh Soedjadi (2000:11) sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara   sistematis
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulus.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan  dengan bilangan
4. Matematika adalah pengetahuan tentang faktor-faktor kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5.  Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang logis
6.  Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Evawati Alisah (dalam http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi- matematika.html) matematika adalah sebuah bahasa, ini artinya matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang dipakai oleh bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Sejalan dengan itu Jujun S. Suriasumantri (dalam http://mellyirzal. blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html ) mengatakan, matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Cockroft dalam Wardhani (2008: 19)  menyatakan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Komunikasi ide-ide, gagasan pada operasi atau pembuktian matematika banyak melibatkan kata-kata, lambang matematis, dan bilangan.Matematika timbul karena pikiran –pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang bersifat menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Sehubungan dengan hal tersebut Hudoto (1988:3) menyatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematikaitu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang menggunakan pembuktian deduktif. http://www.smansatase.sch.id/index.php/componen/conten/article/57-artpend/72-hakmat
b.         Strategi Sentuhan Keluarga dalam Pembelajaran Matematika
                                       i.     Hakekat pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran juga merupakan proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. file://localhost/F:/micro/hakekat-pembelajaran.html
Sedangkan menurut Sagala ( 2006: 61 ) pebelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik , sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Sejalan dengan itu menurut Tim MKPBM (2001: 9) pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Menurut UUSPN no. 20 tahun 2003 (dalam Sagala 2006:62) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
                                     ii.     Hakekat pembelajaran matematika.
Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dari  struktur-struktur, hubungan-hubungan, simbol-simbol, dan manipulasikan konsep-konsep yang dihasilkaan kesituasi yang nyata ,sehingga menyebabkan perubahan. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan siswa dapat menata nalarnya, membentuk kepribadiannya serta dapat menerapkan matematika dalam kehidupannya sehari-hari atau dapat digunakan sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-masing (Soedjadi, 2000:45).
Pembelajaran matematika sebagai cara berfikir nalar yaitu, berfikir nalar dikembangkan dalam matematika dengan metode deduktif dan induktif dimana berfikir nalar ini memungkinkan siswa selalu bersikap kritis terhadap suatu pernyataan.
                                   iii.     Hakekat Sentuhan Keluarga pembelajaran matematika
       Sentuhan Keluarga dalam pembelajaran matematika merupakan cara  baru untuk guru dalam mengorganisir kelas yang diajar supaya para siswa tidak takut terhadap mata pelajaran matematika. Siswa akan diajak pada situasi dan kondisi dimana mereka merasa nyaman dan senang dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut lebih aktif, aktif mencari materi / rumus, aktif mengerjakan soal-soal yang berkaitan, aktif mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan rumus tersebut, serta aktif bertanya pada guru apaabila menemui hal yang belum faham atau membingungkan bagi siswa.

Rabu, 28 November 2012

Pengertian Logika Aristoteles, logika deduktif, dan logika induktif

Pengertian Logika Aristoteles, logika deduktif, dan logika induktif
Ditinjau dari segi asal kata, maka kata ‘logika’ adalah  dari kata ‘logos’ yang berarti ‘pengertian atau pemikiran atau ilmu’. Sedangkan ditinjau dari makna esensialnya, maka logika adalah ‘cabang dari filsafat ilmu pengetahuan dan logika juga merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kerangka berfikir filsafat’. Berdasarkan pengertian tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat penting atau mendasar dalam studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M. 1978).
1)    Logika Aristoteles
Logika Aristoteles, sebagaimana disinggung, berpusat dan berpuncak pada apa yang disebut dengan silog isme. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri atas tiga proposisi. Setiap proposisi dapat dibedakan atas dua unsur: (1) tentang apa sesuatu dikatakan yang disebut “subjek”, (2) apa yang di katakan yang disebut “predikat”. Argumentasi silogisme menurunkan proposisi ketiga dari dua proposisi yang sudah diketahui. Kunci memahami silogisme adalah term yang dipakai dalam putusan pertama maupun kedua
Sumber berfikir logika Aristoteles adalah apa yang disebut 10 kategori, yang terdiri atas 1 substansi dan 9 aksidensi. Konsep tentang substansi ini diambil dari Plato, gurunya. Dari 10 kategori ini logika Aristoteles kemudian menyusun abstraksi-abstraksi lewat aturan yang di sebut dengan silogisme. Dengan demikian, pengetahuan, dalam pandangan logika Aristoteles adalah abstraksi-abstraksi pikiran dari hasil tangkapannya tentang substansi dan kategori-kategori

2)    Logika induktif
Logika induktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi’
Pemakaian logika induktif ini berbahaya karena bisa terjadi terlalu cepat mengambil kesimpulan yang berlaku umum, sementara jumlah kasus yang digunakan dalam premis kurang memadai. Selain itu pula, kemungkinan premis yang digunakan kurang memenuhi kaedah-kaedah ilmiah. Ciri-ciri logika induktif antara lain:
a)        Sintesis         :  Kesimpulan ditarik dengan mensintesakan kasus-kasus yang digunakan dalam premis-premis.
b)        General         :  Kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak
c)        Aposteriori   :  Kasus-kasus yang dijadikan landasan argumen merupakan hasil pengamatan inderawi
d)       Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada aspek probabilitas)
Secara umum, logika induktif sulit untuk dibuktikan kebenaran/ke-reliable-annya dilihat dari ciri-cirinya. Sebagai contoh:
Strong Inductive/Induktif kuat
a)        Besi (logam) apabila dipanaskan memuai
b)        Perunggu (logam) apabila dipanaskan memuai
c)        Perak (logam) apabila dipanaskan akan memuai
d)        Jadi, logam (besi, perunggu, perak) apabila dipanaskan akan memuai.
e)        Buktinya sangat kuat. Hampir semua logam bila dipanaskan akan memuai.
Weak Inductive/Induktif lemah
a)         Apel di Toko A rasanya manis
b)         Apel di Toko B rasanya manis
c)         Apel di Toko C rasanya manis
d)         Jadi, semua apel rasanya manis.
Buktinya lemah. Tidak semua apel rasanya manis, karena ada juga apel yang rasanya masam.
Dari contoh di atas antara Strong Inductive dan Weak Inductive, bisa diambil kesimpulan bahwa logika induktif bisa menjadi reliable ketika kebanyakan orang sudah pernah mengalaminya sendiri atau menurut pendapat kebanyakan orang secara global.

3)    logika deduksi
Pengertian logika deduktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya (form) serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian yang diturunkan dari pangkal pikiran yang jernih atau sehat’. Atau logika deduktif adalah ‘suatu ilmu yang mempelajari asas-asas atau hokum-hukum dalam berfikirm hokum-hukum tersebut harus ditaati supaya pola berfikirnya benar dan mencapai kebenaran’ (Sudiarja, dkk., 2006; Copi, I.M. 1978).
Dalam kajian logika deduktif, secara umum macam-macam definisi dibedakan menjadi tiga, yaitu:Definisi nominalis, yaitu ‘definisi yang menjelaskan sebuah istilah’. Definisi nominalis dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) definisi sinonim, yaitu penjelasan dengan memberi arti persamaan dari istilah yang didefinisikan. Contoh: Valid adalah ‘sahih’; Sawah-ladang adalah ‘lahan pertanian terbuka’, Universitas adalah lembaga pendidikan tinggi tempat mendidik mahasiswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan sebagainya; (2) definisi simbolik, yaitu penjelasan dengan memberikan persamaan dari istilah berbentuk simbol-simbol. Contoh, ( p => q ) = df – ( p Λ – q ), di baca, Jika p maka q, didefinisikan non (p dan non q); dan (3) definisi etimologis, yaitu penjelasan istilah dengan memberikan uraian asal usul istilah atau kata tersebut. Contoh. pengertian kata ‘filsafat’ berasal dari bahwa Yunani terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan, dan sebagainya.
Definisi realis, yaitu ‘penjelasan tentang sesuatu atau hal yang ditandai oleh suatu istilah’. Definisi realis dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) definisi essensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan bagian penting atau mendasar tentang sesuatu hal yang didefinisikan. Contoh, definisi ‘manusia’, adalah makhluk yang mempunyai unsur jasad, jiwa dan ruh; Definisi ‘nilai’, adalah sesuatu yang diagungkan atau dijadikan pedoman hidup; (2) definisi deskriptif, yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki oleh sesuatu yang didefinisikan. Contoh, Bangsa Indonesia adalah ‘bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan’, dan sebagainya.
Definisi praktis, yaitu ‘penjelasan tentang sesuatu istilah atau kata dari segi manfaat dan tujuan yang hendak dicapai’. Contoh: (1) ‘filsafat’ adalah ‘pemikiran secara kritis, sistematis, rasional, logis, mendalam dan menyeluruh untuk mencari hakikat kebenaran’; (2) ‘Universitas atau Institut’ adalah lembaga pendidikan tinggi untuk mendidik dan mencetak sarjana yang berkualitas yang berguna bagi masyarakat’ (Mundiri, 1994; Maram.R.R. 2007). Ciri-ciri dari logika deduktif adalah:
a)        Analitis : Kesimpulan daya tarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-premis yang sudah ada
b)        Tautologies : Kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat sudah terkandung dalam premis-premisnya
c)        Apirori :Kesimpulan ditarik tanpa pengamatan indrawi atau operasi kampus.
d)       Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya.
Penyimpulan deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan dari prinsip atau dalil atau kaidah atau hukum menuju contoh-contoh (kesimpulan dari umum ke khusus). Contoh:
(a)   Setiap agama mengakui adanya Tuhan; – Budiman pemeluk agama Islam; – Jadi, Budiman mengakui (beriman) kepada Tuhan Yang Esa;
(b)   Universitas Gadjah Mada mempunyai beberapa fakultas dan program studi; – Ani mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; – Jadi, Ani mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Logika deduktif bisa berbahaya apabila salah dalam mengambil/menyusun kesimpulan. Sebagai contoh:
a)        Pasir adalah material dasar sungai (premis major)
b)         Lempung adalah material dasar sungai (premis minor)
c)        Lempung adalah pasir (kesimpulan)
d)       Semua karyawan di PT. Anaconda mempunyai IQ tinggi (premis major)
e)        Komar bukan karyawan di PT. Anaconda (premis minor)
f)         Komar tidak ber-IQ tinggi (kesimpulan)
Kesalahan ini sering terjadi karena menganggap kata “adalah” selalu berarti “sama dengan”. Perlu diingat bahwa kata “adalah” tidak selalu berarti “sama dengan”.