Mendidik Anak dengan SEGA (Sentuhan Keluarga).
Landasan teori dan hipotesis tindakan
Landasan teori dan hipotesis tindakan
1.
Kajian
Teori
a.
Trauma Matematika.
i. Hakekat
trauma.
Trauma
berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk
menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog
menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu
kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat
negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2031323-pengertian-trauma/#ixzz1zYHdgqAQ
ii. Hakekat
matematika
Matematika itu
sendiri mengandung banyak pengertian seperti yang diungkapkan oleh Soedjadi
(2000:11) sebagai berikut:
1.
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis
2.
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulus.
3.
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan
4.
Matematika adalah pengetahuan tentang faktor-faktor kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang
struktur yang logis
6. Matematika adalah pengetahuan tentang
aturan-aturan yang ketat.
Evawati Alisah
(dalam http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi- matematika.html)
matematika adalah sebuah bahasa, ini artinya matematika merupakan sebuah cara
mengungkapkan atau menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang dipakai
oleh bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Sejalan dengan
itu Jujun S. Suriasumantri (dalam http://mellyirzal.
blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html ) mengatakan, matematika
merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Cockroft dalam Wardhani (2008:
19) menyatakan bahwa matematika
merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan.
Komunikasi ide-ide, gagasan pada operasi atau pembuktian matematika banyak
melibatkan kata-kata, lambang matematis, dan bilangan.Matematika timbul karena
pikiran –pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang
dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang
bersifat menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem
bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Sehubungan
dengan hal tersebut Hudoto (1988:3) menyatakan matematika berkenaan dengan
ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur
secara logik sehingga matematikaitu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang
menggunakan pembuktian deduktif. http://www.smansatase.sch.id/index.php/componen/conten/article/57-artpend/72-hakmat
b.
Strategi Sentuhan Keluarga dalam Pembelajaran
Matematika
i. Hakekat
pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran juga merupakan proses yang di dalamnya
terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman,
2001). Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
file://localhost/F:/micro/hakekat-pembelajaran.html
Sedangkan menurut Sagala ( 2006: 61
) pebelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru
sebagai pendidik , sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Sejalan dengan itu menurut Tim MKPBM (2001: 9) pembelajaran adalah proses
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa
yang bersangkutan. Menurut UUSPN no. 20 tahun 2003 (dalam Sagala 2006:62)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
ii. Hakekat
pembelajaran matematika.
Belajar matematika pada hakikatnya
adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan,
simbol-simbol, dan manipulasikan konsep-konsep yang dihasilkaan kesituasi yang
nyata ,sehingga menyebabkan perubahan. Melalui pembelajaran matematika siswa
diharapkan siswa dapat menata nalarnya, membentuk kepribadiannya serta dapat
menerapkan matematika dalam kehidupannya sehari-hari atau dapat digunakan
sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-masing (Soedjadi, 2000:45).
Pembelajaran matematika sebagai
cara berfikir nalar yaitu, berfikir nalar dikembangkan dalam matematika dengan
metode deduktif dan induktif dimana berfikir nalar ini memungkinkan siswa
selalu bersikap kritis terhadap suatu pernyataan.
iii. Hakekat
Sentuhan Keluarga pembelajaran matematika
Sentuhan Keluarga dalam pembelajaran
matematika merupakan cara baru untuk
guru dalam mengorganisir kelas yang diajar supaya para siswa tidak takut terhadap
mata pelajaran matematika. Siswa akan diajak pada situasi dan kondisi dimana
mereka merasa nyaman dan senang dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut
lebih aktif, aktif mencari materi / rumus, aktif mengerjakan soal-soal yang
berkaitan, aktif mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan rumus tersebut,
serta aktif bertanya pada guru apaabila menemui hal yang belum faham atau
membingungkan bagi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar